Warna Muda Media – Pada bulan lalu, terjadi serangkaian kekerasan rasis oleh kelompok sayap kanan di Inggris, namun di balik berita tersebut, ada kisah menarik tentang seorang aktivis muda berusia 22 tahun, Cressie Gethin, yang kini berada di balik jeruji besi.
Apa yang Membawa Gethin ke Penjara?
Gethin, bersama kelompok aktivis Just Stop Oil, dianggap bertanggung jawab atas aksi protes yang menghentikan lalu lintas di beberapa bagian jalan tol M25 di London selama empat hari pada November 2022. Aksi ini dilakukan untuk menentang pemberian izin pengeboran minyak baru di Laut Utara oleh pemerintah. Minyak, sebagai bahan bakar fosil yang berkontribusi pada pemanasan global, menjadi sasaran utama protes ini.
Namun, akibat aksi tersebut, Gethin dan empat aktivis lainnya dinyatakan bersalah karena bersekongkol menyebabkan gangguan publik. Pengadilan menyatakan protes ini mengganggu lebih dari 700.000 pengendara dan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar lebih dari £760.000. Mereka kini harus menjalani hukuman penjara selama empat tahun, sementara pendiri Just Stop Oil, Roger Hallam, mendapat hukuman lima tahun. Semua terpidana ini sedang mengajukan banding.
Baca juga: Trump Masih Ragu untuk Debat Kedua dengan Harris?
Hukuman yang Kontroversial
Hukuman yang diberikan kepada para aktivis ini dianggap sebagai yang terberat dalam sejarah Inggris untuk protes non-kekerasan. Ironisnya, undang-undang yang digunakan untuk menghukum mereka dibuat khusus untuk menekan protes yang mengganggu, meskipun protes tersebut damai. Bahkan, merencanakan aksi gangguan publik kini dapat dihukum hingga 10 tahun penjara, setara dengan kejahatan kekerasan seperti perampokan.
Hakim yang menangani kasus ini menyebut para aktivis sebagai “ekstremis” dan beralasan bahwa hukuman berat ini diberikan karena mereka semua telah memiliki catatan pelanggaran sebelumnya. Beberapa orang yang terjebak dalam protes ini bahkan melewatkan janji dokter dan pemakaman karena aksi tersebut.
Apa Kata Para Aktivis?
Di sisi lain, Gethin dan para aktivis lainnya berpendapat bahwa tindakan mereka sebanding dengan krisis yang sedang dihadapi dunia—pemanasan global yang mengancam kehidupan manusia dan ekosistem. Bagi mereka, tindakan yang dianggap mengganggu ini adalah satu-satunya cara untuk membuat masalah lingkungan tetap menjadi agenda politik.
Gethin, dalam suratnya dari penjara, menyebutkan bahwa hukuman ini mungkin tidak masuk akal secara moral atau hukum, tetapi sangat masuk akal secara politis. “Anda menuntut perubahan yang mengancam kekuasaan dan keuntungan kami, jadi Anda harus dihentikan,” tulisnya.
Pengaruh Industri Minyak pada Hukum Inggris
Kasus ini juga menyoroti keterlibatan industri minyak dalam membentuk undang-undang yang menghukum protes iklim. Beberapa lembaga pemikir yang didanai oleh perusahaan minyak diketahui memberikan sumbangan kepada menteri-menteri yang mengawasi undang-undang tersebut.
Salah satunya adalah Policy Exchange, lembaga yang menjadi blueprint bagi salah satu undang-undang baru ini. Meskipun Inggris memiliki rencana untuk mencapai ekonomi net-zero pada tahun 2050, pemerintah sebelumnya justru menerbitkan ratusan izin pengeboran baru di Laut Utara pada tahun 2023.
Kisah Cressie Gethin dan aktivis lainnya menyoroti perdebatan besar antara upaya perlindungan lingkungan dan pembatasan hukum terhadap protes. Di satu sisi, para aktivis berjuang untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan lebih lanjut, sementara di sisi lain, mereka harus menghadapi hukum yang semakin ketat.
Apakah tindakan mereka benar atau salah, satu hal yang jelas—perjuangan ini jauh dari selesai.