Warnamudacom – Tarif tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat sejak masa kepemimpinan Donald Trump akhirnya mulai dibahas ulang. Indonesia jadi salah satu negara pertama yang diterima buat memulai negosiasi resmi dengan AS terkait kebijakan tarif ini.
Langkah ini bisa jadi awal dari perubahan besar dalam hubungan dagang dua negara. Negosiasinya sendiri bakal berlangsung selama 60 hari, dan diharapkan bisa menghasilkan kerangka kerja sama baru yang saling menguntungkan.
Indonesia Masuk Daftar Prioritas AS
Dalam konferensi pers virtual, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bilang kalau Indonesia udah diterima secara resmi untuk mulai pembahasan soal tarif Trump. Negara lain seperti Vietnam, Jepang, dan Italia juga ikut serta, tapi Indonesia termasuk yang pertama dapet respon positif dari Washington.
Format diskusi dan roadmap teknis juga udah disepakati di pertemuan awal antara kedua delegasi.
Fokus di Energi, Mineral, dan Rantai Pasok
Negosiasi ini bukan cuma soal tarif dagang, tapi juga bahas kerja sama strategis di sektor energi, mineral penting, dan ketahanan rantai pasok global.
Salah satu langkah strategis dari Indonesia adalah meningkatkan impor dari AS—tujuannya buat mengurangi ketimpangan perdagangan dan nunjukin niat baik dalam pembicaraan soal tarif Trump ini.
Barang-barang yang bakal diimpor antara lain LPG, minyak mentah, bensin, gandum, kedelai, dan bungkil kedelai.
Indonesia Siap Longgarkan Aturan dan Beri Insentif
Nggak cuma soal impor, Indonesia juga pertimbangin pelonggaran beberapa aturan untuk produk-produk asal AS. Mulai dari kemungkinan penurunan PPN, sampai pelonggaran aturan kandungan lokal di sektor teknologi dan telekomunikasi.
“Perusahaan-perusahaan Amerika di sini juga kita fasilitasi, termasuk perizinan dan insentif,” jelas Airlangga.
Bukan Tambah Impor, Cuma Geser Arah Sumber
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga ngasih jaminan kalau impor dari AS ini gak bakal nambah beban anggaran negara. Kita gak nambah kuota, cuma ganti arah dari yang sebelumnya impor dari Timur Tengah atau Afrika, jadi ke Amerika Serikat.
Menurut BPS, Indonesia mencatat surplus dagang sebesar $14,5 miliar dengan AS pada tahun 2024. Tapi dari sisi AS, angka surplusnya lebih besar, dan ini jadi salah satu alasan kenapa tarif Trump masih diberlakukan—karena dianggap belum adil. Makanya negosiasi ini penting banget buat nyari titik tengah.
Yuk gabung ke Channel WhatsApp Warnamuda Media dan nikmati konten seru setiap hari langsung dari HP kamu! Mulai dari artikel pilihan, berita terkini, sampai update seru dari dunia hiburan, lifestyle, dan pop culture.