Warnamudacom – Re:Zero dikenal sebagai anime yang penuh aksi, romansa, kekerasan brutal, dan humor dalam satu paket. Tapi biasanya, ada satu elemen yang selalu hadir—rasa putus asa. Anehnya, episode ini justru memberi kemenangan besar bagi para karakter utama.
Di season ke 3 ini, para pahlawan berhasil mengalahkan satu Archbishop of Sin, menangkap satu lainnya, dan memukul mundur empat sisanya tanpa mereka sempat mencapai tujuan. Garfiel berhasil menghadapi traumanya, Theresia akhirnya bisa beristirahat dengan damai, dan Subaru serta timnya mendapatkan kristal yang mereka butuhkan untuk membawa kembali Puck.
Tidak ada karakter utama atau pendukung yang tewas. Memang ada luka serius seperti yang dialami Crusch, Subaru, dan Otto, tapi harapan untuk sembuh tetap ada. Bahkan orang-orang yang diubah menjadi monster oleh Capella masih bisa diselamatkan suatu hari nanti. Segalanya berjalan terlalu lancar—dan justru itulah yang terasa janggal.
Rasa Gelisah di Balik Kemenangan
Re:Zero memang punya momen bahagia, tapi bukan happy ending sejati. Kebahagiaan di episode ini terasa seperti ketenangan sebelum badai. Ada perasaan tidak nyaman, seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi.
Salah satu momen paling mencurigakan adalah tidak adanya kabar tentang pertarungan Julius dan Ricardo melawan Gluttony. Dari awal, ada firasat buruk bahwa mereka mungkin telah tewas dan dilenyapkan dari ingatan semua orang. Namun, kenyataannya berbeda—Ricardo hanya kehilangan satu tangan, dan Julius kehilangan… namanya.
Kehilangan Nama, Lebih Parah dari Kematian?
Ini adalah langkah naratif yang menarik. Kita sudah melihat bagaimana seseorang kehilangan ingatan mereka (Crusch) atau kehilangan ingatan dan nama sekaligus (Rem). Kali ini, Julius hanya kehilangan namanya, yang berarti ia masih mengingat kehidupannya, tapi dunia seolah tidak pernah mengenalnya.
Bayangkan betapa menyakitkannya itu. Orang-orang yang selama ini dekat denganmu, teman, keluarga, hingga orang yang kau lindungi—tidak ada yang mengingatmu. Lebih parahnya lagi, di tengah euforia kemenangan, tidak ada yang tahu pengorbanan yang telah kau buat. Julius pun hanya bisa berdiri dalam bayang-bayang, tak tahu harus berbuat apa.
Namun, ada secercah harapan. Seseorang masih mengingatnya. Bukan teman dekat, tapi setidaknya seseorang yang ia hormati. Sayangnya, harapan itu langsung pupus ketika ia menyadari bahwa hanya satu orang yang ingat, sementara yang lain tetap melihatnya sebagai orang asing. Secara teknis, ia lebih baik daripada sebelumnya—tapi secara emosional, ini terasa jauh lebih buruk.
Cliffhanger yang Sempurna
Episode ini berakhir dengan catatan yang suram dan memilukan, meninggalkan pertanyaan besar tentang masa depan Julius. Akankah Subaru mencoba membantunya, meskipun mereka tidak akur? Bagaimana reaksi para pahlawan lainnya terhadap “orang asing” di antara mereka? Apakah mereka akan percaya Subaru atau justru menganggapnya tertipu?
Dengan ending seperti ini, sulit untuk tidak menantikan musim berikutnya. Re:Zero sekali lagi membuktikan bahwa di balik kemenangan besar, selalu ada bayangan tragedi yang siap menerkam.