Anarkisme: Chaos atau Keteraturan Baru?

Warna Muda Media – Bicara tentang anarki, banyak dari kita yang langsung membayangkan teror, bom, dan kehancuran. Stereotip yang ada seolah membuat anarkisme identik dengan kekerasan dan nihilisme—hilangnya nilai moral dan akal sehat. Namun, apakah benar anarki selalu berarti kekacauan? Atau ini hanyalah bayangan yang diciptakan oleh penguasa dan aparat hukum?

Anarkisme sering dipandang sebagai musuh negara, seolah-olah tanpa penguasa, dunia ini akan runtuh dalam kekacauan. Tapi, kenyataannya tidak sesederhana itu. Anarkisme, dalam pengertian yang lebih luas, justru merupakan ideologi yang menolak kekuasaan otoriter dan berjuang untuk kebebasan individu serta keteraturan yang sejati.

Anarkisme: Ideologi yang Disalahpahami

Jika kita melihat ke dalam Political Compass, anarkisme berada di kuadran kiri bawah—di mana ideologi ini bersifat libertarian dan progresif. Artinya, anarkisme menolak kekuasaan yang terpusat dan mendukung kebebasan individu secara maksimal. Namun, sayangnya, banyak yang masih mengaitkan anarkisme dengan tindakan destruktif, padahal itu hanyalah salah satu sudut pandang yang tidak mewakili esensi sebenarnya.

Anarki, dari bahasa Yunani, berarti “tanpa pemimpin” atau “tanpa penguasa”. Konsep ini menjadi sangat penting ketika kita mencoba memahami anarkisme. Dalam pemikiran para penguasa, keadaan tanpa pemimpin pasti akan berujung pada kekacauan. Tapi apakah benar demikian? Peter Kropotkin, seorang pemikir anarkis, berpendapat bahwa meskipun sifat manusia tidak sempurna, ketidaksempurnaan itu bukan alasan untuk mempertahankan sistem kekuasaan yang menindas.

Keteraturan Tanpa Penguasa

Pierre-Joseph Proudhon, pemikir Prancis abad ke-19 yang pertama kali menyebut dirinya sebagai anarkis, memiliki pandangan yang menarik. Menurutnya, “Anarchy is Order”—anarki adalah keteraturan. Proudhon mengusulkan agar individu-individu mengatur diri mereka sendiri dalam kelompok-kelompok kecil yang disebut komune. Setiap komune ini bertindak secara sukarela dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, seperti memperbaiki infrastruktur lokal atau menyelesaikan masalah komunitas lainnya.

Yang menarik, dalam konsep Proudhon, keputusan-keputusan penting diambil melalui demokrasi langsung, bukan melalui perwakilan atau pemerintah pusat. Ini berarti tidak ada paksaan, tidak ada kotak suara, dan tidak ada perwakilan yang berbicara atas nama orang lain. Semua anggota komune berpartisipasi secara aktif dalam pengambilan keputusan.

Anarkisme dan Lingkungan

Murray Bookchin, seorang pemikir anarkis dari Amerika Serikat, menambahkan dimensi lingkungan ke dalam anarkisme. Menurutnya, sistem yang tersentralisasi justru memperparah kerusakan lingkungan. Ia mengkritik keputusan-keputusan yang diambil di pusat kekuasaan, yang sering kali dipengaruhi oleh industri besar tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan lokal. Bookchin percaya bahwa masyarakat lokal, yang akan langsung merasakan dampak dari keputusan lingkungan, seharusnya memiliki kontrol penuh atas keputusan tersebut.

Bookchin mengusulkan sistem konfederasi, di mana kelompok-kelompok kecil bertemu dan bekerja sama untuk mengelola urusan mereka sendiri. Konsep ini dikenal sebagai “munisipalisme libertarian”, di mana masyarakat lokal memiliki wewenang penuh atas nasib mereka sendiri.

Praktik Anarkisme di Dunia Nyata

Salah satu contoh nyata penerapan anarkisme adalah di Rojava, Suriah, dan Chiapas, Meksiko. Di Rojava, masyarakat membentuk konfederasi yang diorganisir tanpa pemerintahan pusat, sementara di Chiapas, gerakan Zapatista mendirikan dewan-dewan warga yang otonom. Meskipun mereka tidak secara eksplisit menyebut diri mereka sebagai anarkis, praktik yang mereka jalani berakar kuat pada prinsip-prinsip anarkisme.

Di Rojava dan Chiapas, keputusan diambil langsung oleh masyarakat tanpa perwakilan atau makelar politik. Ini adalah bentuk demokrasi langsung yang memungkinkan masyarakat untuk mengatur kehidupan mereka sendiri tanpa intervensi dari pemerintah pusat.

Anarki Bukan Sekadar Kekacauan

Dari pemikiran para tokoh seperti Proudhon, Kropotkin, hingga Bookchin, jelas bahwa anarki bukanlah kekacauan tanpa aturan. Sebaliknya, anarkisme adalah upaya untuk menciptakan keteraturan dan kebebasan sejati tanpa ketergantungan pada otoritas yang menindas. Meskipun anarkisme sering disalahpahami, penerapannya di berbagai tempat menunjukkan bahwa dunia tanpa penguasa tidak selalu berakhir dalam kekacauan, melainkan bisa menjadi tatanan yang lebih adil dan demokratis.

* Artikel ini disadur dari video di Malaka Project.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *